Sore itu, saya disuruh sama mama untuk menyapu.
ketika sedang menyapu, teman saya yang bernama Andri, datang dan
menghambur-hamburkan sampah di ruang tamu saya. Tapi, mama malah marah sama
saya. Karena tidak terima dengan perlakuan yang tidak adil, saya membanting
sapu ke lantai dan pergi ke lapangan volly yang tidak jauh dari rumah saya,
tepatnya depan kompleks rumah saya. Saya pun bermain bersama teman-teman saya,
sejenak saya melupakan kejadian di rumah tadi.
Saat sedang asyik bermain, tiba-tiba awan berubah
menjadi gelap, angin bertiup sangat kencang, dah udara menjadi sangat dingin.
Aku sangat ketakutan, entah apa yang akan terjadi. Satu persatu temanku pulang
ke rumah masing-masing, tinggal aku yang berdiri mematung sambil memegang tas
mainan. Saat hendak melangkah pulang, saya melihat Ayah, Mama, Ichsan dan Mega
adik-adikku membawa tas dan kopor, sepertinya mereka akan pergi jauh dan lama.
Tapi, karena saya sangat egois dan gengsi, saya tidak memperdulikan mereka,
saya hanya berfikir positif bahwa mereka hanya ingin mempermainkanku saja. Tapi
mereka terus berjalan keluar Asrama hingga tak terlihat lagi.
Hari semakin gelap, sebentar lagi hujan turun. Saya
segera pulang ke rumah.Sesampainya di rumah, saya melihat pintu terkunci,
sepertinya mama benar-benar pergi. Entah apa yang harus ku lakukan. Hujan pun
turun dengan sangat deras, angin bertiup sangat kencang yang membuat udara
terasa menusuk tulang. Saya hanya berdiri di teras dan menangis, derasnya air
mataku menyerupai derasnya hujan malam itu. Saya menangis dengan
memanggil-manggil nama MAMA.. MAMA.. tapi, tak ada satupun yang mendengarnya.
Malam ini benar-benar menakutkan dengan pandangan penuh kegelapan, dan hanya
diterangi dengan cahaya petir yang sesaat menyambar-nyambar. Anehnya lagi, tak
seorang pun yang ku lihat di sekitar rumah. Ke mana semuakah orang-orang ini
?saya bertanya-tanya dalam hati. Dengan menatap air hujan yang turun, saya
menyesali semua perbuatanku saat kejadian tadi sore, saya benar-benar menyesal.
Tapi penyesalanku tidak membuat semua keadaan kembali seperti semula.
Tangisanku makin deras ketika hujan turun makin deras dan petir yang sesaat
dapat menyambar. Angin yang bertiup sangat kencang membuat tubuhku menggigil.
Saya berharap Ayah, Mama, Ichsan dan Mega pulang, saya sangat ketakutan. Ketika
petir hendak menyambar ke arah rumahku, saya mendengar suara yang sangat ku
harapkan, "Ayu,, Ayu,, Bangunn, sudah Pagii".
Suara itu membangunkanku dari mimpi burukku. Saya
terbangun dengan wajah dan mata yang basah, sepertinya saya benar-benar
menangis dalam kenyataan. Aku pun bangun dan bercermin, Woww,, mataku sangat
bengkak, mungkin karena tangisanku semalam. Tapi saya juga sangat bersyukur,
karena semua itu hanyalah mimpi,, mimpi yang benar-benar buruk. Saat hendak keluar
kamar, saya bertatapan dengan mata yang sepertinya sangat ku rindukan, Mama,,
yah itu adalah mamaku, saya langsung memeluknya dan kembali meneteskan air
mata. Dalam hatiku berkata, "Mama, maafkan saya, saya tidak akan pernah
mengecewakan mama, dan saya sanggaaattt meeenyaaayaaangiii mama,, Love You
Mom" :*........
Sekian cerpen kisah nyata dari saya, kurang dan lebihnya mohon dimaafkan,
wabillahi taufik walhidayah,,
wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh *Ehh,, kayak habis pidato ajah
deh, hahah..
jika ada saran, sanggahan, dan tanggapan, silahkan komentar :)
0 komentar:
Posting Komentar