Feeds RSS
Feeds RSS

Jumat, 01 Juni 2012

Drama "Bukan Bangku Kosong"

Pada hari selasa di sekolah SMPN 36 JAKARTA, bel tanda masuk berbunyi. Para siswa masuk ke kelas masing-masing.
Murid-murid kelas 9A sangat ribut karena guru mereka belum masuk. Ada yang bernyanyi, bermain, menghayal, bahkan ada yang makan. Kurang 15 menit jam istirahat guru mereka baru datang.

Ibu Rosita       : “Assalamu Alaikum”.
Siswa-siswi    : “Waalaikum salam Wr. Wb”.
Ibu Rosita       : “Maaf yah, ibu datang terlambat karena ada urusan yang sangat penting”.
Siska               : “Hm, pasti nyari ayah baru buat Febry !”
Reza                : “Hust !”
Ibu Rosita       : “Kamu bilang apa Siska ? Jangan sembarangan kamu ya !”
Siska               : “Nggak kok bu, nggak bilang apa-apa ! ibu salah dengar kali”.
Ibu Rosita       : “Anak-anak, ibu akan membagi kalian beberapa kelompok untuk tugas   karya ilmiah. Kelompok pertama adalah Reza, Febri, dan Nisa. Kelompok kedua adalah Shita, Lisa, dan Siska.
Siska dan Lisa: “Yeah!”
Reza                : “Yes! Feb, nanti kita kumpulkan bahan-bahan untuk karya tulis besok yah!”
Febry              : “Ok, BOSS !”
Ibu Rosita       : “Bel sudah berbunyi, pelajarannya kita lanjutkan besok.”
Siswa-siswi    : “Iya bu.”
( Shita sangat kesal, karena dia tidak sekelompok dengan Reza, tetapi malah Febry yang sekelompok dengan Reza. Shita menatap sinis Reza dan Febry karena mereka berdua sangat dekat )
Siska               : “Eh, kenapa sih loe remes-remes tangan gue ? Sakit tau !”
Lisa                 : “Loe jealous yah, sama Febry ?”
Shita               : “Siapa yang jealous ? nggak kok.”
Lisa                 : “ Bilang aja, gue tau kok, loe suka sama Reza kan ?”
Shita               : “Gue memang suka sama Reza tapi gue nggak jealous kok sama Febry,  nggak penting tau nggak sih jealous sama cewek kayak Febry.”
Siska               : “Hello, nggak pake kuah kali.”
Shita               : “Ihh, kalian berdua ini sama nyebelinnya yah.”   (pergi meninggalkan    Siska dan Lisa)
Siska dan Lisa: “Enak aja, loe tuh yang nyebelin.”
Lisa                 : “Eh, Sis. Shita pergi tuh, kejar yuk!”  (mengejar Shita)
( Shita, Siska, dan Lisa bertemu dengan Febry dan Nisa. Kemudian Shita, Siska, dan Lisa menyenggol Febry dan Nisa )
Nisa                : “Eh, nyantai aja dong, nggak usah pake nyambar-nyambar gitu. Sudah nyambar, nggak minta maaf lagi.”
Febry              : “Sudah-sudah, nggak usah diladenin.”
Shita               : “Eh, gue nggak ada urusan sama loe, tapi sama dia ( menunjuk Febry )”
                        Eh, loe jangan pernah dekat-dekat lagi sama Reza. Awas loe kalau   sampai loe dekatin Reza lagi.”
Febry              : “memangnya, kamu siapanya Reza ?”
Shita               : “Gue memang bukan siapa-siapanya Reza, tapi gue sudah banyak ngelakuin pengorbanan buat Reza, sampai-sampai gue harus pakai jilbab kayak gini. Eh, malah akhirnya loe yang dapat Reza. Enak banget loe!”
Febry              : “Tapi, aku sama sekali nggak ada niat buat dekatin Reza, lagian aku cuma berteman kok sama Reza.”
Shita               : “Alah, sudahlah. Yang penting gue sudah peringatkan sama loe untuk tidak mendekati Reza. Gue bakalan kasih perhitungan sama loe, kalau sampai loe deketin Reza lagi.”
Nisa                : “Coba aja kalau berani! Lagian kita nggak takut kok.”

( Shita, Siska, dan Lisa pun pergi, begitupun Nisa dan Febry )
( mereka bertemu lagi di kantin. Mereka duduk di meja yang bersebelahan )

Reza                : “Hi, sudah lama yah nungguinnya ?”
Febry              : “Nggak kok Za. Kita juga baru datang.”
Lisa                 : “Eh, Shit. Lihat tuh Febry dan Reza, mereka dekat banget.”
Shita               : “Kurang ajar tuh Febry, awas aja gue bakalan kasih dia perhitungan.”
Bel masuk pun berbunyi. Saat berjalan ke kelas, Febry terjatuh karena tersandung dengan kaki Shita.
Reza                : “Loe apa-apaan sih Shit ? Kamu nggak apa-apakan Feb ?”
Febry              : “Nggak kok, aku nggak apa-apa Za.”
 
( Shita semakin marah dan membenci Febry. Shita pun langsung masuk ke kelas tanpa menghiraukan Reza dan Febry )
Ibu Rosita masuk ke kelas 9A.
Reza                : “Loh, kok bu Rosita lagi sih yang masuk ?”
Ibu Rosita       : “Ibu hanya ingin menyampaikan sesuatu yaitu hari ini kalian cepat pulang karena para guru akan rapat, jadi silahkan kalian pulang.”
Siswa-siswi    : “Yes!”
Siska               : “Rajin-rajin aja yah bu rapatnya.”
Reza                : ( datang menghampiri Febry ) Feb, ntar siang kamu ada acara nggak ?”
Febry              : “Nggak, memangnya kenapa ?”
Reza                : “Kamu mau nggak nemanin aku ke toko buku ?”
Febry              : “Ehmm, gimana yah. Iya deh aku temenin!”
Reza                : “Makasih yah, ya sudah aku duluan yah.”
Siska               : “Eh, Shit. Liat tuh cewek itu dekatin Reza lagi. Duh, Shit. Ini sudah nggak bisa dibiarin, bisa-bisa hatinya Reza dicuri sama si cewek itu lagi.”
Shita               : “Gue nggak bakalan biarin itu semua terjadi. Mmm, gue punya ide supaya si Febry itu kapok dan nggak bakalan dekatin Reza lagi.”
Lisa                 : “Apa ?”
Shita               : “Begini. ( memberitahu idenya kepada Siska dan Lisa )
Siska               : “What ? Parah loe Shit. Gue nggak mau ah. Gue takut.”
Lisa                 : “Iya, gue juga nggak mau, itukan berbahaya Shit.”
Shita               : “Jadi, kalian berdua nggak mau bantuin gue ?”
Siska dan Lisa: “Iya, kita berdua nggak mau bantuin loe.” ( pergi meninggalkan Shita )
Shita               : “Huh, katanya teman, bantuin gitu aja nggak mau. Ya, sudah biar gue sendiri aja.” ( pergi menghampiri Febry )
Feb, gue minta maaf yah soal tadi!”
Febry              : “Iya, nggak apa-apa kok!”
Shita               : “Sebagai permintaan maaf gue, gue antar loe pulang yah ! Please…!”
Febry              : “Iya.”
( saat berjalan keluar sekolah Shita lupa mengambil dompetnya yang disimpan di laci bangku )
Shita               : “Aduh, dompet gue di mana yah ?”
Febry              : “Kamu kenapa Shit ?”
Shita               : “Dompet gue kayaknya ketinggalan di kelas deh. Loe maukan temanin gue ngambil dompet ?”
Febry              : “Iya, yuk!”
( mereka berdua pun masuk ke kelas, tiba-tiba mendorong Febry ke tembok )
Febry              : “Kamu apa-apaan Shit ?”
Shita               : “Gue bakalan kasih pelajaran sama loe, karena loe sudah merebut Reza dari gue. Dan loe sudah menganggap remeh ancaman saya. Sekarang loe rasain akibatnya.”   ( mendorong Febry, hingga Febry terjatuh dan kepalanya terbentur di bangku ). “Mampus loe, makanya jangan macam-macam sama Shita.”  ( memeriksa Febry, karena Febry tidak bangun )
                        “Feb, Febry, loe nggak apa-apakan ? Febry bangun, jangan bercanda dong gue takut nih. Febry, Astaghfirullah Febry. Astaga gue sudah bunuh Febry, gue harus gimana nih !”
( tiba-tiba Siska dan Lisa datang ke kelas )
Lisa                 : “Loe sih Sis, belum tua sudah pikun.”
Siska               : “Eh, ada Shita dan Febry tuh. Loh Febry kenapa Shit ?”
Shita               : “Feb, Febry nggak apa-apa kok, di…dia lagi tidur.”
Siska               : “Masa sih ? Coba gue liat. Astaga Febry, kepalanya berdarah. Shit, loe benar-benar menjalankan rencana loe itu yah ? loe bunuh Febry ?”
Shita               : “ng…nggak kok. Gu…gue nggak sengaja, gue juga nggak bakalan ngelakuin ini jika gue tau akhirnya kaya gini. Sis, Lis, please yah jangan beri tahu siapa-siapa soal ini.”
Lisa                 : “Nggak bisa, ini nggak bisa dibiarin. Kita harus beri tahu ke ibu Rosita dan Reza.”
Shita               : (bersujud dan menangis ) “please jangan, kalian berduakan sahabat gue, masa sih kalian tega hancurin gue.”
Lisa                 : “Ya sudah, kita nggak bakalan beri tahu siapa-siapa dengan dua syarat.”
Shita               : “Apa syaratnya ? gue bakalan lakuin apa saja kok.”
Lisa                 : “Pertama, kami nggak mau ikut campur dan tanggung jawab tentang ini.”
Siska               : “Dan yang kedua, loe harus ngikutin semua apa yang kita perintahkan.
Shita               : “What ? Ngelakuin semua yang kalian perintahkan ?”
Siska               : “Iya, kenapa ? Nggak mau ? Ya sudah, Lis yuk kita beri tahu Reza.”
Shita               : “Eeehh, iya, iya, gue bakalan ngelakuin semua yang kalian perintahkan.”
Lisa                 : “Ya sudah, Sis cepat ambil hendphone loe dan kita pergi dari sini.”
( Lisa dan Siska pergi meninggalkan Shita dan mayat Febry )
Shita               : “Aduh, apa yang harus gue lakuin sama mayatnya Febry, gue simpan di gudang belakang aja deh. Gudang itukan sudah lama nggak dipakai.”
( Shita pun segera membawa mayat Febry ke gudang belakang sekolah. Setelah itu Shita langsung pulang )
( Pada pukul 4 sore ibu Rosita ibu Febry sangat cemas karena Febry belum pulang juga. Lalu ibu Rosita menelefon semua teman-teman Febry )
Ibu Rosita       : “Hallo! Reza. Apa kamu tahu di mana Febry ?”
Reza                : “Nggak tahu bu. Memangnya Febry belum pulang  yah bu ?”
Ibu Rosita       : “Iya. Ibu sangat cemas dengan Febry. Tidak biasanya dia seperti ini. Kalau dia mau kemana-mana pasti dia bilang sama ibu.”
Reza                : “Oh, pantas saja saya tunggu Febry di sini nggak datang-datang. Saya tadi janjian sama Febry untuk pergi ke toko buku.”
Ibu Rosita       : “Oh, jadi kamu nggak tahu ya di mana Febry. Ya sudah, ibu mau menghubungi Nisha dulu. Terima kasih ya Reza.”
Reza                : “Iya, sama bu. Saya juga akan menghubungi teman-teman yang lain.”
( ibu Rosita menghubungi Nisha sahabat Febry )
Ibu Rosita       : “Hallo! Nisha. Apa kamu tahu di mana Febry sekarang ?
Nisha              : “Tidak bu! Memangnya Febry kenapa ?”
Ibu Rosita       : “Febry belum pulang juga sampai sekarang, ibu sudah menghubungi nomornya tapi nggak aktif. Ibu juga sudah menghubungi semua temannya.”
Nisha              : “Aduh, saya juga nggak tahu tuh bu, tadi saya pulang duluan karena ada urusan yang mendadak.”
Ibu Rosita       : “Ya sudah, terima kasih banyak ya Nis .
Nisha              : “Iya, sama-sama bu. ( menutup telefon ) Kira-kira Febry kemana yah ? Aduh, Febry kamu dimana sih ?”

(  keesokan harinya Febry masih belum pulang juga. Di sekolah Reza pergi menemui Shita )
Reza                : “Eehh, Shit tunggu !”
Shita               : “Eh, Reza. Ada apa Za ?”
Reza                : “Kamu tahu nggak dimana Febry ? Dia seharian belum pulang.”
Shita               : “Feb, Febry ? Gu, gue nggak tahu (dengan wajah yang gugup). Ya sudah ya Za. Gue ada ke kelas duluan. Bye.”
( kemudian Siska dan Lisa lewat )
Reza                : “Eh, Siska, Lisa.”
Lisa                 : “Ada apa Za ?”
Reza                : “Kalian tahu nggak dimana Febry ? Dia itu seharian belum pulang.”
Siska               : “Nggak, kita nggak tahu Febry dimana. Ya sudah Za kita duluan yah, belum ngerjain PR nih. Dah .”
Reza                : “Aneh, tiga serangkai ini tingkahnya mencurigakan banget sih.”
( bel tanda masuk pun berbunyi. Semua murid masuk ke kelas masing-masing )
Ibu Rosita       : “Assalamu alaikum.”
Siswa-siswi    : “Waalaikum Salam.”
Ibu Rosita       : “Ibu pengen nanya. Ada yang tahu nggak Febry dimana ? Febry belum pulang dari kemarin.” ( semua siswa menggelengkan kepala ) “Ya sudah, sekarang kita lanjutkan pelajaran yang kemarin.”
( Shita tampak sangat gelisah. Saat ia melamun, dia melihat bayangan Febry sedang menangis dengan wajah yang penuh darah duduk di bangkunya. Lalu Febry menoleh ke Shita dengan tatapan mata yang sangat marah. Tiba-tiba shita berteriak ketakutan )
Shita               : “Aaa, tidak. Jangan, jangan ganggu gue, gue nggak bersalah, gue nggak sengaja. Pergi, pergi dari sini.”
Ibu Rosita       : “Kamu kenapa Shita ?”
Shita               : “Eee, nggak bu, saya nggak apa-apa kok.”
Siska               : “Eh, Shit. Loe kenapa ?”
Shita               : “Gue nggak apa-apa kok.”
( bel istirahat pun berbunyi. Shita, Lisa, dan Siska pergi ke kantin. Saat di kantin Siska melihat bayangan Febry, yang sedang duduk dan makan sendirian )
Siska               : “Eh, Shit, Lis. Itu kok kayak Febry yah!”
Lisa                 : “Ah, nggak mungkin Febry kan udah meninggal.”
Shita               : “Iya, kamu jangan bercanda dong Sis.”
Siska               : “Iya yah, tapi beneran gue nggak bercanda, kalau bukan Febry, trus itu siapa dong?”
Shita               : “Mana sih ?”
Siska               : “Itu.” ( Lalu bayangan Febry itu menoleh ke Shita, Siska dan Lisa )
Lisa                 : “Iya, benar itu Febry. Yuk kita pergi dari sini.”
( Shita, Lisa dan Siska lari ketakutan, di jalan mereka bertabrakan dengan Reza )
Reza                : “Eh, kalian kenapa sih ? Kayak ketakutan gitu ?”
Siska               : “Reza, i, itu, Febry.”
Reza                : “Febry ? Mana ?”
( Belum sempat menjawab pertanyaan Reza, Shita, Siska dan Lisa lari ke kelas )
( Shita, Siska dan Lisa sangat kaget dan langsung kembali ke kelas. Ternyata sekarang arwah Febry sudah gentayangan )
( bel tanda masuk pun berbunyi. Kela 9A akan ada murid baru yang bernama Vikha )
Ibu Rosita       : “Assalamu Alaikum. Hari ini kita kedatangan siswi baru, sebenarnya dia ini masuk pada jam pertama, tapi kita baru dapat kelas yang cocok buat dia. Vikha, ayo perkenalkan diri kamu.”
Vikha              : “Hi, semua. Nama saya Vikha Lestari, saya pindahan dari SMPN 02 Yoygakarta.”
Ibu Rosita       : “Ok! Silahkan kamu duduk di tempat itu. Hari ini ibu Rina tidak masuk karena ia sedang sakit. Sekarang kalian kerjakan tugas yang ada pada halaman 63. Ibu tinggal yah !”
Tidak lama kemudian bel tanda pulang punberbunyi. Semua siswa pun pulang )
( Vikha selalu melihat arwah Febry, tapi dia tidak mengenalnya )
( Beberapa hari kemudian, belum ada kabar tentang Febry. Suatu hari di taman, Vikha melihat seorang cewek yang tersenyum manis padanya dan cewek itu datang mendekatinya )
Vikha              : “Hi, aku Vikha. Kamu siapa ?”
A.Febry           : “Aku Febry. Tolong, tolong saya!”
( tiba-tiba handphone Vikha berbunyi )
Vikha              : “tunggu sebentar yah! Kamu kenapa ? Apa yang bisa aku bantu ?”
( Lalu arwah Febry pergi. Vikha sangat kebingungan dan pergi menemui Reza dan Nisa )
Vikha              : “Hi, kamu Reza kan ?”
Reza                : “Iya, ada apa Vikha ?”
Vikha              : “Aku boleh nanya nggak ?”
Reza                : “Boleh, kamu mau nanya apa ?”
Vikha              : “Kamu kenal sama yang namanya Febry ?”
Reza                : “Apa Febry ? Iya, aku sangat mengenalnya. Kamu kenal Febry di mana ?”
Vikha              : “Tadi aku bertemu dengannya di taman, trus dia minta tolong sama aku. Aku sangat bingung, makanya aku nanya sama kamu.”
Nisa                : “Apa ? kamu ketemu dengan Febry ?”
Vikha              : “Iya. Memangnya kenapa ?”
Reza                : “Nggak mungkin, sudah lama ini nggak pernah ada kabar tentang Febry, dulu dia menghilang, kami nggak tau dia ada dimana sampai sekarang. Banyak orang yang bilang kalau Febry itu sudah meninggal, tapi aku nggak percaya karena aku belum melihat jasatnya. Dan bangku yang kamu tempati sekarang ini dulu itu bangkunya Febry.”
Vikha              : “Apa Febry sudah meninggal ? Jadi, yang tadi itu arwahnya Febry ?”
Reza                : “Mungkin saja.”
Nisa                : “Terus apa yang harus kita lakukan ?”
Reza                : “Aku tahu apa yang harus kita lakukan. Sekarang kalian ikut aku.”
( Reza, Nisa dan Vikha pergi menemui Siska dan Lisa. Mereka berdua bertemu dengan Siska dan Lisa di depan toilet, saat itu Siska dan Lisa tampak sangat ketakutan )
Nisa                : “Eh, kalian kenapa ?”
Lisa                 : “Tolong kami Za, kami taubat, kami sudah nggak sanggup lagi.”
Vikha              : “Memangnya kalian kenapa ?”
Siska               : “Febry, Za. Arwahnya Febry gangguin kita terus.”
Reza                : “Hanya ada satu cara agar kalian nggak digangguin lagi sama arwahnya Febry.”
Lisa                 : “Apa Za ? Kita bakalan lakuin apa aja.”
( Mereka berlima pergi ke taman )
Reza                : “Sis, Lis, aku tahu kalian pasti nyembunyiin sesuatukan tentang menghilangnya Febry ?”
Siska               : “Iya, sebenarnya yang yang bunuh Febry itu Sh…
Lisa                 : “Hei, kita kan sudah janji untuk tidak mengatakan pada siapapun.”
( memotong pembicaraan Siska )
Siska               : “Iya, gue tau. Tapi loe mau digangguin terus sama hantunya Febry ?”
Lisa                 : “Ya, nggak sih tapi kan…”
Siska               : “Ah, sudahlah. Gini Za. Sebenarnya yang bunuh Febry itu Shita.”
Reza                : “Apa ? Shita ? Sekarang Shita ada dimana ?”
Lisa                 : “Shita masuk rumah sakit dua hari yang lalu, dia kecelakaan dan sekarang dia masih belum sadar juga. Rez, loe jangan salah paham yah sama Shita, dia ngelakuin ini karena dia cemburu sama Febry, Shita itu suka sama loe. Sebenarnya Shita nggak ada niat buat bunuh Febry, tapi secara nggak sengaja Febry meninggal.”
Reza                : “Astaga, gue itu dekat dan perhatian sama Febry karena sebernya dia itu adik sepupu gue.”
Siska               : “Apa ? Febry adik loe ? ( Lisa, Shita berbicara bersamaan ). Pantesan aja loe dekat banget sama dia. Gawat nih, Shita salah paham. Rez, kita mohon yah, loe jangan laporkan Shita ke polisi. Dia sekarang ini sedang sakit. Kasihan dia.”
Nisa                : “Nggak bisa, ini nggak bisa dibiarin, aku bakalan laporin Shita ke polisi, kalian tahu nggak sih Febry itu sahabat baik saya.”
Reza                : “Sudahlah Nis, Shitakan nggak sengaja, lagian dia juga cuma salah paham kok. Tenang aja Sis, gue nggak bakalan masuk Shita ke penjara. Seharusnya Shita nggak usah ngelakuin semua itu, karena sebenarnya gue juga suka sama Shita.”
Siska dan Lisa: “What ? Jadi, loe juga suka sama Shita ?
Siska               : “Kenapa loe nggak bilang dari dulu. Kalau loe jujur sama Shita, semua ini nggak bakalan terjadi.”
Reza                : “Iya, tapi gue belum nemuin waktu yang tepat aja. Gue yakin arwahnya Febry belum tenang karena mungkin jasatnya belum dimakamkan dengan layak. Sis, Lis, kalian tahu di mana Shita menguburkan atau menyembunyikan mayatnya Febry ?”
Lisa                 : “Nggak Za, kita nggak tahu, soalnya waktu itu kita langsung pergi, karena kita nggak mau terlibat dalam kasus itu.”
Nisa                : “Kita harus cepat cari mayatnya Febry dan memakamkannya dengan layak agar arwahnya tenang.”
Vikha              : “Gue juga ikut ?”
Nisa                : “Iya dong Vik, kamu kan orang yang dimintai tolong sama Febry, jadi kamu harus ikut.”
Vikha              : “Iya, tapi aku takut.”
Reza                : “kamu nggak usah takut kita kan banyak.”
Vikha              : “Iya deh aku ikut, kapan nyarinya ?”
Reza                : “Bagaimana kalau sebentar ? Makin cepatkan makin baik !”
Nisa                : “Ok! Kita kumpul di depan sekolah ntar malam.”

( Pada malam harinya, mereka berkumpul di sekolah )
Reza                : “Bagaimana ? Kalian semua siap ?”
Vikha              : “Iya, kita semua siap!.”
( Mereka pun masuk ke sekolah. Di setiap pencarian mereka, mereka selalu dibayang-bayangi arwahnya Febry )
Vikha              : “Kita harus cepat nih nemuin jasatnya Febry, aku sudah nggak tahan dihantuin terus.”
( Mereka memeriksa setiap gudang dan ruang yang sudah tidak terpakai di sekolah. Sekarang tinggal satu gudang lagi yang sudah sangat lama tidak terpakai )
Lisa                 : “Sisa gudang ini semoga, di sini jasatnya Febry.”
Nisa                  : “Iya, semoga saja, aku kasihan sama Febry karena dia belum bisa pergi dengan tenang.”
Vikha                : “Itu apa ?”
Siska                 : “Mana ? I, itu mungkin jasatnya Febry. Ayo kita lihat!”
Nisa                  : “Iya, benar ini jasatnya Febry. Feb, aku kangen banget sama kamu, maafin aku yah, karena aku nggak bisa jadi sahabat yang selalu jaga kamu.” ( langsung memeluk jasat Febry dan menangis )
Vikha                : “Syukurlah. Ya sudah sekarang cepat hubungi keluarganya Febry.”
Nisa                  : “Iya. ( kemudian menghubungi Ibu Rosita )
                          “Halo, Bu. Bu kami sudah menemukan jasatnya Febry.”
Ibu Rosita        : “Benarkah ? Sekarang kalian ada di mana ?”
Nisa                  : “Kami ada di sekolah di gudang yang paling belakang. Tolong juga ibu panggil ambulance.”
Ibu Rosita        : “Iya, kamu tunggu ibu di sana yah.”
 ( Tidak lama kemudian Ibu Rosita pun datang, ia langsung menangis dan memeluk Febry yang sudah tidak bernyawa)
Ibu Rosita       : “Feb, Febry, bangun nak, ini ibu. Ayo bangun.”
Nisa                : “Sudahlah bu, Febry sudah tidak ada.”
( Jasat Febrypun Di bawa ke rumah sakit untuk diperiksa terlebih dahulu sebelum didimakamkan. Mereka semua ikut ke rumah sakit. Tiba-tiba Reza melihat bayangan Febry keluar dari sekolah dan melambaikan tangan. Mereka pun sampai ke rumah sakit. Dan tiba-tiba, perasaan Reza tidak enak tentang Shita )
Reza                : “Astaga Shita.”
Lisa                 : “Shita, Shita kenapa Za ?”
Reza                : “Perasaan gue nggak enak tentang Shita. Gue ke ruangan Shita dulu yah, shita kan dirawat di sini !”
Lisa                 : “Iya.”
( Reza pun menuju ke ruangan Shita. Sepertiny Shita sudah sadar, dan hantu Febry mencoba untuk balas dendam terhadap Shita. Tiba-tiba Reza datang )
Reza                : “Hentikan Febry.”
Shita               : “Reza, Reza tolong gue, gue nggak mau mati. Gue sadar gue salah sama Febry, tapikan gue nggak sengaja. Febry gue mohon maafin gue, gue sudah dapat balasan yang setimpal.”
Reza                : “Febry, sudahlah, lupakan semua, kamukan orang baik, orang baik itu nggak pernah mikirin balas dendam. Kamu tahukan kakakmu ini suka sama Shita. Apa kamu ingin menghancurkan kebahagian kakakmu demi balas dendam ?”
Shita               : “Apa ? Jadi, loe sama Febry …”
Reza                : ( memotong pembicaraan Shita ) “ Iya Shit, gue sama Febry saudaraan, karena itu kita sangat dekat.”
Ibu Rosita       : ( Tiba-tida datang ) “Iya, nak lupakanlah, dan pergilah dengan tenang.”
Shita               : “Gue benar-benar minta maaf Feb, gue nyesel. Please maafin gue.”
Reza                : “Sudahlah adikku, maafkan saja shita, pergilah! Tempatmu bukan di sini, apa lagi sekarang jasat kamu sudah ditemukan dan akan dimakamkan.”
( Siska, Lisa, Nisa, dan Vikha datang ke ruangan Shita )
Siska               : “Shit, loe nggak apa-apakan ?”
Shita               : “Nggak kok teman-teman, aku nggak apa-apa.”
Nisa                : “Febry.”
Febry melambaikan tangannya dan pergi.
Akhirnya Febry pun pergi dengan tenang, walaupun dia tidak bisa balas dendam dengan Shita, tapi setidaknya Shita sudah mendapatkan ganjaran yang setimpal.

                                                              ~END~ 


Sebelumnya gue minta maaf yah temen-temen, soalnya postingannya rada' rancuh,, 
Gue langsung copas ajah di word.. heheh, maklumin yah ...
Oh, iya,, ini tuh drama karya gue dan temen-temen SMP gue dulu, ini tugas praktik bahasa indonesia,, tapi sayang kami nggak jadi tampil *Huahhh :'( <--- Dramatis banget hehehhe...


Gue juga butuh banget nih kritik dan saran dari temen-temen sekalian,,
Langsung ajah komment di bawah ini !! hihihihi ...

0 komentar:

Posting Komentar